Dibukanya Kembali Perekonomian Austria Usai Masa Lockdown

Dibukanya Kembali Perekonomian Austria Usai Masa Lockdown – Pandemi virus corona (Covid-19) masih belum berakhir. Kini, miliran orang tidak punya pilihan lain selain mengikuti saran dari WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) untuk karantina diri di rumah. Hal ini dilakukan sebagai upaya menekan penyebaran virus corona di seluruh dunia.

Sejumlah negara juga telah menerapkan kebijakan Lockdown. Begitu pula dengan pemerintah Indonesia yang mengeluarkan kebijakan darurat dalam melawan virus corona. Beberapa bulan telah berjalan, sejumlah negara sudah ada yang mulai terbebas dari virus corona. Bahkan, Denmark, Austria, Norwegia, Ceko serta Jerman mulai mencabut kebijakan lockdown mereka. www.mustangcontracting.com

Namun untuk saat ini, Austria bisa jadi merupakan negera Uni Eropa pertama yang mulai melonggarkan aturan lockdown virus corona baru, tetapi hal ini masih bergantung pada kepatuhan masyarakat menjalankan aturan jarak sosial yang diberlakukan.

Sebagaimana diketahui, negara-negara di seluruh Eropa saat ini tengah menerapkan langkah-langkah tegas untuk mencegah penyebaran virus corona baru atau COVID-19 dengan penutupan ruang-ruang publik dan meminta masyarakat untuk tinggak di rumah.

Strategi lockdown yang dilakukan di Austria setidaknya telah menunjukkan hasil dan berhasil membatasi peningkatan infeksi harian tetap berada pada satu digit. Oleh sebab itu, pemerintah mengumumkan rencana mereka untuk membuka kembali toko sambil memperluas persyaratan mengenakan masker.

Kanselir Sebastian Kurz mengatakan keputusan untuk mengambil tindakan lebih awal telah membuahkan hasil, “Kami bereaksi lebih cepat dan lebih ketat daripada negara lain dan karenanya dapat menghindari yang terburuk,” katanya .

Dibukanya Kembali Perekonomian Austria Usai Masa Lockdown

Dia melanjutkan reaksi cepat tersebut memungkinkan Austria untuk keluar dari krisis lebih cepat. Akan tetapi, dia tetap memperingatkan rencana itu memiliki konsekuensi yang masih ketat dan membutuhkan partisipasi serta kepatuhan masyarakat.

Misalnya, Kurz memperingatkan masyarakat untuk tidak merayakan Paskah dengan orang-orang di luar rumah mereka dan mengatakan dia tidak akan melakukan Paskah dengan orang tuanya sendiri.

Dalam kasus pelonggaran lockdown Austria, rencananya pada 14 April mendatang toko-toko non-esensial seluas 400 meter persegei atau kurang akan dibuka kembali. Jika semuanya lancar, toko lain hingga pusat perbelanjaan akan dibuka pada 1 Mei, tetapi dengan hanya satu pelanggan per 20 meter persegi yang akan masuk.

Sementara itu, restoran, hotel, dan sekolah masih akan ditutup hingga paling cepat pada pertengahan Mei dan tidak ada acara publik yang akan diadakan setidaknya hingga Juni mendatang.

Namun demikian, Kurz mengatakan jika tren infeksi virus corona mulai memburuk lagi, pemerintah telah memiliki skenario penekanan rem darurat dan kembali menerapkan strategi pembatasan jarak sosial seperti sebelumnya.

Hal ini bukan tidak mungkin, mengingat negara seperti Singapura yang awalnya berhasil menahan penyebaran virus dengan efektif tetapi saat in isedang menghadapi gelombang kedua infeksi virus corona baru itu.

Kebijakan untuk membuka kembali beberapa toko di Austria juga harus diikuti dengan kewajiban masyarakat mengenakan masker wajah ketika berada di luar rumah. Sementara, dalam kondisi sebelumnya, masker di Austria telah ludes karena kekhawatiran awal masyarakat.

Untuk itu, Kurz menyatakan bahwa pemerintah akan memerika kembali ketersediaan masker dan memastikan alat perlindungan itu tidak dijual demi keuntungan pihak-pihak tertentu. Menurutnya, syal atau selendang juga dapat dipakai sebagai pengganti masker.

Adapun, berdasarkan data Worldometer hingga hari ini Austria memiliki lebih dari 12.000 kasus infeksi COVID-19, dengan jumlah kematian sebanyak 220 kasus dan pasien yang dinyatakan pulih sebanyak 3.463 kasus.

Sebagai antisipasi virus corona, WHO mengeluarkan syarat pada negara yang ingin akhiri lockdown. Berikut syarat yang ditetapkan WHO.

Pekan lalu, Kanselir Sebastian Kurz telah mengisyaratkan dibukanya kembalinya perekonomian pada pekan ini. Namun perlahan dan bertahap. 

Toko yang pertama boleh dibuka pasa Selasa adalah yang memiliki luas tak lebih dari 400 meter persegi, termasuk toko perkakas rumah tangga dan perkebunan. Namun pembatasan masih diberlakukan untuk jumlah orang yang masuk ke toko dan kewajiban pakai masker.

Nantinya pembukaan akan disusul oleh pusat perbelanjaan, supermarket, hingga salon kecantikan. Restoran dan hotel diperkirakan baru boleh dibuka pada pertengahan Mei.

Dibukanya Kembali Perekonomian Austria Usai Masa Lockdown

“Secara ekonomi, kami juga ingin keluar dari krisis ini secepatnya dan memperjuangkan setiap lahan pekerjaan di Austria,” kata Kurz.

Namun langkah Austria menuai kekhawatiran dari WHO. Pada Jumat lalu, WHO mengatakan mencabut pelarangan buka toko bisa berbahaya, bahkan mematikan. WHO tidak menyebut Austria, tapi pernyataan itu disampaikan setelah pengumuman Kurz.

Kurz sendiri menyadari Austria belum sepenuhnya aman dari corona. Tapi roda perekonomian harus berjalan bagi masyarakatnya. “Saya 100 persen yakin kami melakukan hal yang benar,” kata dia.

Semakin Cepat Kasus Ditemukan akan Kian Bagus

Direktur WHO melalui akun Twitter-nya menyebutkan ada satu hal utama yang sudah dipelajari dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir di pandemi Covid-19. Menurutnya, semakin cepat semua kasus ditemukan, diuji diisolasi hingga dirawat, maka penyebaran virus corona akan semakin sulit.

Sudah beberapa bulan virus corona ini menyerang dunia. Sebagian negara ada yang masih berupaya sekuat tenaga untuk melawannya. Beberapa negara lainnya ada yang sudah menunjukkan kabar positif.

Misalnya seperti di Wuhan, China. Sebagai negara pencetus virus corona, mereka telah mengakhiri kebijakan lockdown sejak (8/4/2020). Melansir dari halodoc, beberapa negara lainnya tampak ikut ingin mengakhiri kebijakan tersebut. Di antaranya Denmark, Austria, Norwegia, Ceko serta Jerman.

Jika sesuai rencana, mereka akan melepaskan kebijakan lockdown pada awal Bulan Mei. Tentu tidak langsung sekaligus, melainkan secara bertahap.

Dampak Ekonomi pada Aturan Lockdown

Menurut National Public Radio, UNICEF telah mencatat setidaknya 82 negara menerapkan aturan penguncian secara nasional atau lockdown. Dengan adanya aturan tersebut, tentu saja menimbulkan sejumlah dampak di berbagai aspek kehidupan. Terutama di sektor ekonomi.

International Monetary Fund (IMF) menjelaskan mengenai analisis terbarunya, saat ini ekonomi global diperkirakan akan menyusut hingga 3 persen per tahun ini. Siapa sangka, Amerika Serikat bahkan akan mengalami penurunan ekonomi hingga mencapai angka 6 persen.

Terlalu Dini untuk Kembali Normal

Melihat perkembangan virus corona beserta dampak yang disebabkan, pejabat WHO mengatakan, masih terlalu dini untuk kembali ke kehidupan normal di sejumlah tempat. Bukan tanpa alasan yang tidak jelas.

Sebab, setiap upaya prematur yang dilakukan untuk memulai kembali ekonomi mampu menimbulkan dampak begitu besar. Memungkinkan memicu gelombang kedua kasus virus corona (Covid-19). Untuk itu, WHO memperingatkan, proses tersebut harus dikoordinasi dan disengaja secara luas.

WHO Ajukan Syarat bagi Negara yang Akhiri Lockdown

Akan tetapi, jika negara-negara dirasa telah siap mengakhiri lockdown dengan segala risikonya, WHO lantas ajukan syarat. WHO menjelaskan, negara harus memenuhi enam syarat yang diberikan sebelum akhirnya melepaskan lockdown.

Berikut enam syarat yang diberikan oleh WHO (Organisasi Kesehatan Dunia):

-Memastikan penularan penyakit di bawah kendali

-Sistem kesehatan setempat mampu mendeteksi, menguji, mengisolasi serta menangani setiap kasus dan melacak setiap kontak dengan baik

-Risiko hotspot diminimalkan di tempat-tempat rawan seperti panti jompo

-Sekolah, tempat kerja, serta tempat penting lainnya telah menetapkan langkah-langkah pencegahan

-Risiko mengimpor kasus baru dapat ditangani dengan baik

-Masyarakat sepenuhnya dididik, dilibatkan dan diberdayakan untuk hidup di bawah aturan baru